bencana wasior
Bencana Wasior---ANTARA/Wuryanti Puspitasari/ip
PADANG--MICOM: Pengamat Lingkungan dari Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Dr Isrir Berd berpendapat bencana yang dialami Wasior, Papua Barat, berpotensi terjadi di sejumlah daerah di Tanah Air. "Kondisi kawasan serapan air dan hutan pada sejumlah daerah di Indonesia, sudah memprihatinkan yang disebabkan banyak faktor sehingga potensi bencana ekologi bisa terjadi," kata Guru Besar Unand Padang itu, ketika diminta tanggapannya di Padang, Sumatra Barat, Minggu (24/10).
Menurut dia, kalau ekosistem hutan tidak stabil lagi karena banyak gangguan dan ditambah dengan tingginya curah hujan, tentu dampaknya akan menimbulkan bencana seperti di Wasior sulit yang potensinya sulit untuk dielakan.
Padahal, hutan ada proses suksesinya --tumbuh dan berkembangnya suatu hutan--bilamana terjadi gangguan dan telah mempengaruhi ekosistemnya maka berpotensi terjada bencana ekologi.
Jadi, hutan yang rusak akan mempengaruhi kadar oksigen di alam, mengurangi kadar air yang tersimpan di tanah, dan mengurangi kekuatan struktur tanah yang rentan bergeser.
Justru itu, katanya, sudah saatnya diletakkan landasan kesadaran bahwa nilai ekologi hutan juga sangat penting di kelola dengan secara baik. Sebab, satu sisi hutan yang diekploitasi secara besar-besaran mungkin akan memberikan jumlah keuntungan ekonomi yang besar untuk jangka pendek.Â
Namun, dampaknya juga menimbulkan kerugian jangka panjang karena biaya untuk restorasi hutan jauh lebih besar jumlahnya. Menurut dia, masih terus diberikan Hak Penguasaan Hutan (HPH)Â apakah itu membuka lahan perkebunan atau pengambilan kayu jelas ancaman bencana
semakin tinggi.
Sebab, perusahaan pemegang HPH bisa saja melakukan penebangan kayu di hutan, diluar yang telah ditentukan karena memandang keuntuangan yang lebih besar.
Mantan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Unand itu, mengumpamakan terhadap penyerahan kawasan hutan untuk lahan perkebunan. Faktor lain yang akan menimbulkan bencana serupa di Wasior pada sejumlah daerah, tak hanya karena sudah banyak hutan yang gundul --memicu berkurangnya serapan air-- tetapi bisa karena berlangsungnya perubahan iklim global.
Menurut dia dampak pemanasan global di satu sisi akan membuat kondisi air akan banyak tersedot, dan sisi lain bisa menimbulkan potensi curah hujan tinggi. Selain itu, di daerah aliran sungai (DAS) sudah banyak yang rusak, sehingga bencana banjir dan longsor berpotensi terjad, karena kurangnya menjadi semua pihak.
"Kita minta pemerintah daerah agar memberikan perhatian juga terhadap keberlangsungan ekosistem kawasan hutan dan DAS, tak hanya memikirkan untuk pemasukan bagi daerah saja," katanya. (Ant/OL-2)
sumber :www.mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar